Kompleks Makam Latenri Ruwa dan Raja-raja Bantaeng yang Berhias Pepohonan
1 min read
Kompleks Makam Latenri Ruwa dan Raja-raja Bantaeng |
Pemakaman seringkali identik dengan kesan angker, namun tidak demikian dengan Kompleks Makam Latenri Ruwa dan Raja-raja Bantaeng di Kelurahan Palantikang, Kecamatan Bantaeng. Pemakaman ini menyajikan panorama yang mengejutkan, seolah-olah merupakan taman biasa.
Terkaget-kaget, begitulah perasaan yang dirasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di areal pemakaman ini. Pepohonan-pohonan rindang menghiasi dan memberi kesan teduh di antara makam-makam yang berjajar. Suasana seakan mengajak pengunjung untuk beristirahat sejenak di tempat-tempat duduk yang disediakan.
Ternyata, sebanyak 27 pohon sengaja ditanam di kompleks ini untuk melindungi pengunjung saat beristirahat. Jenis pohon yang beragam, seperti palem bali, beringin, ketapang, kelapa, dan lontara, menambah keelokan dan kealamian tempat ini.
Salah satu makam yang menarik perhatian adalah makam Latenri Ruwa, seorang raja Bone ke-11 yang memilih memeluk Islam dan menyebarkan agama tersebut di Kerajaan Bantaeng. Berdampingan dengan istrinya, Makam Latenri Ruwa menjadi saksi perjalanan hidupnya setelah meninggalkan tahtanya sebagai Raja Bone pada 1611.
Kompleks makam ini juga menjadi situs penelitian bagi para mahasiswa dan arkeolog. Dengan nilai sejarah yang tinggi, tempat ini menarik perhatian peneliti untuk menggali lebih dalam tentang sejarah dan budaya Bantaeng. Bahkan, seorang profesor bidang arkeologi dari Jakarta pun pernah mengunjungi tempat ini.
Tak hanya menghadirkan keindahan alam dan sejarah, kompleks pemakaman Latenri Ruwa dan Raja-raja Bantaeng menjadi tempat yang layak untuk berziarah dan merenungi perjalanan hidup para raja dan tokoh bersejarah. Berada di tengah pepohonan hijau yang meneduhkan, kompleks ini mengajak pengunjung untuk menghargai kearifan lokal dan menelusuri kisah-kisah masa lalu yang menarik. (*)