Film Budhia Singh, Ketika Orang Miskin Menjadi Sukses
5 min read
Namun, usaha tersebut malah dianggap sebagai eksploitasi anak. Tanpa berlama-lama, mari kita langsung masuk ke alur cerita. Jika kalian menyukai video ini, jangan lupa untuk like, share, dan subscribe agar channel ini terus berkembang.
Film ini dimulai di kota Puri, India, dekat kuil Jagannatha pada pukul 04.00. Warga kota Puri sedang mengagungkan seorang anak bernama Budhia Singh. Di sana, beberapa polisi dan wartawan juga sedang meliput kerumunan tersebut. Ternyata, Budhia Singh adalah seorang anak berusia lima tahun yang akan mencoba memecahkan rekor lari maraton sejauh 70 km.
19 bulan sebelumnya, di pemukiman kumuh kota Bhubaneswar, seorang ibu bernama Sukanti menawarkan anaknya untuk bekerja dan tinggal dengan seorang pedagang keliling. Anak tersebut adalah Budhia Singh. Di pasar tradisional, seorang anak meminta sedikit uang kepada pengendara mobil, namun ia diusir oleh pedagang tersebut. Sukanti, ibu Budhia Singh, menceritakan bahwa mereka hidup dalam kemiskinan.
Di pasar tersebut, ada seorang anak yang sedang meminta sedikit uang kepada pengendara mobil. Itu adalah Budhia Singh yang baru berusia lima tahun. Sayangnya, seorang pedagang mengusirnya. Tidak jauh dari situ, warga sekitar sedang melakukan demo karena takut wilayah mereka akan digusur. Tapi, seorang pria bernama Biran Sidas datang untuk meredam kemarahan warga. Dia menjelaskan bahwa rumah yang akan digusur akan diganti dengan rumah bertembok.
Setelah itu, Biran Sidas berkeliling ke pemukiman tersebut, dan Sukanti memberitahunya bahwa mereka tidak memiliki air minum dan atap rumah mereka bocor. Biran Sidas menjanjikan untuk memperbaikinya dan menanyakan keberadaan Budhia Singh.
Di malam harinya, Budhia yang tinggal bersama seorang penjual gelang mencoba meminta makan karena kelaparan. Sayangnya, dia malah dipukul oleh penjual gelang tersebut. Sukanti datang tepat waktu dan memisahkan mereka. Penjual gelang tersebut membeli Budhia seharga 200.000 rupiah, dan Biran Sidas mengganti uang tersebut. Dia juga berjanji akan menghukum penjual gelang jika dia berani menyentuh Budhia lagi.
Keesokan harinya, di kediaman Biran Sidas, istrinya yang bernama Gita ingin memiliki anak kandung, tetapi Biran Sidas sudah memiliki 22 anak asuh yang sedang berlatih judo. Setelahnya, Biran Sidas menjadi tim sukses dari Pattanaik, yang merupakan ketua partai oposisi yang akan maju dalam pemilihan Gubernur.
Fathanah juga adalah seorang pengusaha dari kantor Departemen Kereta yang akan merelokasi rumah-rumah gubuk menjadi rumah bertembok. Karena banyak membantu, Pattanaik memberikan sedikit uang sebagai tanda terima kasih.
Kemudian, di rumah sakit, Dokter Mohanty memberitahu bahwa Budhia sudah baik dan boleh pulang. Dengan sedih, Sukanti ingin anaknya tinggal bersama Biran sebagai pembantunya.
Keesokan harinya, Biran membawa Sukanti untuk membersihkan kampus kenalannya. Sejak itu, Budhia tinggal bersama Biran. Gita yang mengetahuinya awalnya menolak, tetapi melihat kondisi budaya yang menyedihkan, Gita tidak bisa menolak lagi. Budhia masih malu-malu dengan teman-temannya di asrama.
Pada pagi harinya, teman-teman Budhia tertawa melihat Budhia masih mengompol. Mereka menceritakannya ke anak-anak lain, dan Budhia marah hingga mendorong salah satu dari mereka. Biran menghukumnya dengan membuatnya berlari mengitari halaman. Budhia tidak boleh berhenti. Gita juga memiliki usaha rumah makan sederhana dan salon kecantikan. Ketika mengontrol salonnya, seorang pelanggan mencari tempat latihan untuk lomba lari dan berniat menyewa tempat judo milik Biran. Namun, Biran menolak.
Kemudian, anak-anak asuh Biran memberitahu bahwa Budhia terus berlari. Gita pun tidak bisa menolak Budhia karena dia masih memiliki seorang ibu. Namun, dia tetap menegur Budhia untuk tidak mengompol lagi.
Beberapa waktu kemudian, saat Budhia sedang berolahraga, Biran memutuskan untuk membelikan sepeda jika Budhia mau berlatih setiap hari bersamanya. Sejak itu, Budhia berlatih bersama Biran, dan hubungan mereka semakin erat.
Di hari ulang tahun Budhia, polisi kota Bhubaneswar mengizinkan Budhia untuk berlatih lari maraton 21 km di Delhi. Beritanya menjadi perhatian TV nasional. Namun, pihak penyelenggara tidak mengizinkan Budhia ikut karena usianya yang masih di bawah 12 tahun.
Pattanaik meminta dukungan polisi untuk melakukan tes doping terlebih dahulu. Setelah dites, hasilnya negatif. Pada hari lomba, Budhia memulai lari maratonnya, tetapi sangat panas dan kehausan. Meskipun minta minum, Biran tidak memberikannya. Budhia terus berlari sampai akhirnya pingsan di tengah jalan. Meskipun tidak berhasil menyelesaikan lomba, Budhia telah menciptakan rekor dunia lari maraton sejauh 42 km di usia yang sangat muda.
Selama ini, media menganggap ini sebagai eksploitasi anak. Tetapi Biran menjelaskan bahwa dia adalah ayah sambungnya dan dia mengizinkan Budhia untuk berlatih karena ibu kandungnya setuju. Menteri Perlindungan Anak, Malik, belum bisa bertindak lebih lanjut.
Berita bahagia datang, Gita hamil dan Budhia terus berlatih. Pattanaik memberikan penghargaan kepada Budhia dan memberikan hadiah sepeda baru. Secara resmi, Biran dan Gita mengadopsi Budhia.
Dua tahun tujuh bulan kemudian, mereka mengizinkan seorang jurnalis Amerika untuk membuat film dokumenter tentang mereka. Di saat yang sama, teman-teman Budhia sedang bertanding judo di kota, dan Caitlin, salah satu teman Budhia, berpamitan pulang.
Namun, polisi datang secara paksa dan membawa Budhia ke rumah sakit pemerintah. Dia diperiksa dan dilakukan tes medis. Malamnya, rumah kediaman Menteri Perlindungan Anak, Misra, diserang oleh orang-orang tak dikenal.
Setelah pemeriksaan medis, Budhia dilarang berpartisipasi dalam lomba lari karena usianya yang belum mencukupi dan masalah kesehatannya. Gita masih menerima anak yatim untuk masuk ke sekolah judo.
Sukanti dan gebetannya melihat baliho tentang lari marathon Budhia sejauh 70 km. Sehari sebelum lomba, Malik memerintahkan tes doping. Tepat pada pukul 04.00, warga kota Puri berkumpul di dekat kuil Jagannatha untuk mendukung Budhia.
Pada pukul setengah lima pagi, Budhia memulai lari marathonnya. Ibu, guru, teman-teman, dan banyak warga memberikan dukungan kepadanya. Ketika menempuh setiap 20 km, polisi bergantian berlari bersamanya, dan tim dokter selalu siap memberikan perawatan medis jika diperlukan.
Namun, Budhia terus berlari tanpa minum. Bahkan ketika dia meminta minum, Biran tidak memberikannya. Pada satu titik, Budhia pingsan karena dehidrasi. Tim dokter segera merawatnya di tenda darurat, dan Budhia sadar. Ketika ditanya mengapa dia tidak minum, Budhia menjawab bahwa Biran mengatakan jika dia minum, tubuhnya akan lemah.
Para warga yang melihat kejadian ini terkesan dan berita tentang Budhia pun menjadi viral di media lokal. Menteri Perlindungan Anak, Misra, tidak setuju dengan tindakan ini dan menyatakan bahwa Biran hanya mencari popularitas.
Pada akhirnya, Budhia berhasil mencapai garis finish dengan jarak 70 km, namun dia tiba-tiba tersungkur. Meskipun dia tidak menyelesaikan perlombaan, dia telah memecahkan rekor dunia dengan lari marathon sejauh 42 km di usia yang sangat muda.
Di sisi lain, gebetan dan temannya marah karena Sukanti masih mengambil uang dari sumbangan masyarakat. Namun, Sukanti tidak menerima uang tersebut.
Keesokan harinya, saat Budhia bermain dengan anak kandung Biran, seorang pria tidak dikenal membawa Budhia secara paksa dan membawanya ke rumah sakit pemerintah. Media datang untuk meliputnya, dan Budhia diperiksa secara medis.
Malamnya, di rumah Gita, menteri utama, Ali-Ali, menerima laporan tentang kejadian tersebut. Dia menyarankan agar Misra menggunakan taktik cerdas melawan Biran. Di hari berikutnya, seorang pengacara lokal memberitahu bahwa jika Budhia ingin berlari jarak jauh, itu adalah haknya.
Dengan cepat, Biran mengumumkan bahwa Budhia akan berusaha untuk lari sejauh 500 km. Budhia pun memulai lari jarak jauh ini. Namun, piranti yang khawatir tentang kondisi Budhia mencoba menjenguknya. Namun, dia hanya diberikan beberapa menit untuk berbicara dengan Budhia.
Di malam tahun baru Hindu, saat teman-teman Budhia bersenang-senang, Widya merasa kesepian datang. Pada malam tersebut, seorang pria tidak dikenal mendatangi rumah Biran tanpa curiga. Namun, dengan tiba-tiba, pria tersebut menembaki Biran dan Biran tewas di tempat.
Dua tahun tujuh bulan kemudian, pembunuh Biran berhasil ditangkap, tetapi motif di balik pembunuhan itu masih misterius. Di hari pemakaman Biran, istri dan anak-anak asuhnya serta banyak warga menangis.
Film ini mengajarkan kita bahwa anak adalah anugerah Tuhan yang tidak boleh disia-siakan, dan anak-anak dapat menjadi hebat jika dididik dengan baik oleh orang yang tepat. (*)