LSI: Para Capres Kompetitif, Sulit Satu Putaran
AMANAHI NDONESIA --Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa persaingan antara pasangan calon presiden (capres) di Pilpres mendatang sangat kompetitif, dan kemungkinan sulit untuk diselesaikan dalam satu putaran.
Wawancara dimulai dengan membahas penetapan pasangan capres beserta nomor urutnya. J Hanan, Direktur Eksekutif LSI, menyoroti peta kekuatan pasangan calon dari susunan tim pemenangannya.
Hanan menyebut bahwa komposisi tim pemenangan dapat mempengaruhi strategi pemenangan, dan pertanyaan mendasar adalah, "Mana yang akan lebih unggul dan efektif?"
Dalam diskusi tersebut, J Hanan menyoroti fakta bahwa tim pemenangan yang diumumkan secara resmi untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan tim pemenangan yang sesungguhnya. Tim pemenangan sesungguhnya melibatkan sumber daya yang lebih besar, termasuk orang dan aspek lainnya.
Hanan juga membahas pilihan strategis Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto dalam menunjuk ketua tim pemenangan yang berasal dari kalangan pengusaha. Ia menyebut bahwa simbolik dan makna substantif dari pilihan tersebut adalah representasi dari kekuatan matang, berprestasi, dan memiliki jaringan logistik yang kuat.
Dalam konteks ini, Hanan menekankan bahwa tim pemenangan resmi yang diumumkan untuk KPU seharusnya hanya dipandang sebagai gambaran sebagian dari keseluruhan strategi pemenangan. Sementara itu, pemilihan ketua tim dari kalangan pengusaha diharapkan dapat memberikan simbol dan membangun jaringan yang kuat, baik secara sosial maupun logistik.
Pembahasan juga melibatkan analisis terhadap pasangan capres yang menempatkan tokoh purnawirawan militer sebagai bagian dari tim pemenangan mereka. Hanan menyebut bahwa kehadiran mantan tentara dalam tim pemenangan menjadi simbol ketegasan, kepemimpinan matang, dan penjaga keamanan negara.
Dalam merinci komposisi tim pemenangan, Hanan membahas peran purnawirawan sebagai simbol ketegasan dan kepemimpinan yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Ia menyoroti potensi purnawirawan untuk memobilisasi dukungan dari tingkat akar rumput hingga tingkat Desa, menjadikannya faktor kunci dalam pertarungan politik.
Hanan juga membahas peran NU (Nahdlatul Ulama) dalam konteks politik, terutama melibatkan tokoh-tokoh seperti Amin Mahfud dan NU-kader dalam tim pemenangan. Meskipun NU dikenal sebagai organisasi yang beragam, Hanan menyebut bahwa pendekatan multi-strategi diperlukan untuk mendekati seluruh segmen masyarakat yang terkait dengan NU.
Wawancara ini memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika tim pemenangan para calon presiden dan bagaimana mereka berusaha membangun dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Sebagai pemilu yang diantisipasi, pertarungan politik diharapkan akan semakin intens, dan strategi tim pemenangan akan menjadi kunci dalam meraih sukses.