Suhardi Duka dan Salim S Mengga Dorong Pelestarian Budaya Mandar Melalui Sandeq dan Sayyang Pattudu
Suhardi Duka dan Salim S Mengga Dorong Pelestarian Budaya Mandar MelaluinSandeq dan Sayyang Pattudu |
Hal ini disampaikan dalam debat ketiga calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar yang diselenggarakan oleh KPU Sulbar di Majene, Rabu (20/11), dengan tema sosial dan budaya.
Menurut JSM, Sandeq, perahu tradisional Mandar, mencerminkan keberanian dan kepercayaan diri yang menjadi ciri khas masyarakat Mandar.
“Budaya Sandeq memberikan nilai rasa percaya diri dan keberanian untuk mengarungi samudra tanpa kompas, hanya mengandalkan bintang. Ini adalah simbol kekuatan orang-orang Mandar,” ujar JSM.
JSM juga menjelaskan nilai historis dan religius dari Sayyang Pattudu. Tradisi ini pada awalnya dilakukan oleh golongan bangsawan untuk memperlihatkan anak-anak mereka yang telah memasuki usia balig. Namun, setelah Islam hadir, tradisi ini menjadi bagian dari syiar agama, memberikan motivasi kepada anak-anak untuk menyelesaikan pendidikan agama.
“Sayyang Pattudu kini menjadi simbol kebanggaan bagi anak-anak yang tamat mengaji. Ini adalah motivasi bagi mereka untuk belajar agama dengan baik dan menjadi kebanggaan keluarga dan masyarakat saat dewasa,” jelasnya.
JSM menekankan pentingnya melestarikan nilai-nilai ini dan mengajarkannya kepada generasi muda. Salah satu caranya adalah membiasakan anak-anak untuk mengenal budaya Sandeq dengan praktik langsung, seperti berlayar di pantai menggunakan perahu tradisional tersebut.
“Nilai-nilai ini tidak hanya memperkuat identitas budaya kita, tetapi juga membangun karakter generasi muda Sulawesi Barat,” tegas JSM.
Melalui komitmen pasangan SDK-JSM, budaya seperti Sandeq dan Sayyang Pattudu akan terus dijaga, dilestarikan, dan diwariskan sebagai bagian dari pembangunan sosial budaya di Sulawesi Barat. (*/adv)